BANJARMASIN – Sekitar satu jam berorasi, akhirnya para buruh dan para sopir dimediasi terpisah.
Mereka ditemui Ketua DPRD Kalsel, H. Supian HK beserta Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Rachmat Hendrawan. Namun tidak di lokasi aksi, yakni dengan meminjam ruangan PT. Pelindo.
Pertemuan berjalan tertutup. Hanya perwakilan yang diperbolehkan masuk ke ruangan mediasi tersebut.
Bahkan beberapa petugas keamanan berjaga di pintu masuk. Awak media pun hanya diminta menunggu di luar.
Sementara didepan Kantor PT. Pelindo terlihat beberapa sopir menunggu diluar sembari berkeluh kesah.
Bahkan blak-blakan soal kesulitan BBM jenis solar selama ini. Selain kesusahan karena pelangsir, terungkap biaya lain yang harus mereka keluarkan.
Ongkos lain yang harus dibayar mereka tersebut adalah biaya parkir dan jaga malam. Satu malamnya bisa mencapai Rp 20 ribu.
“Saya tak ingin menyebut siapa. Tapi ada orangnya,” beber salah seorang sopir, Abdul Hamid.
Dia meminta, aparat harus menindak tegas soal ini. Karena biaya yang harus dikeluarkan untuk beli BBM membengkak.
“Sudah susah, kami perlu biaya lagi,” ucapnya.
Menurutnya, solar subsidi ini sebaiknya dihapus atau disamakan dengan harga solar industri. Sehingga kejadian ini pun tak terjadi. Dia menyebut, harga solar yang dijual oleh SPBU pun mengalami kenaikan dari harga normal.
Untuk diketahui, harga normal solar subsidi Rp 5.150 per liter Namun dijual oleh SPBU mencapai Rp 5.800 per liter. “Bahkan ada yang menjual sampai Rp 6.500 per liter,” mengungkap faktanya.
Sopir tronton yang lain, Slamet Hariono Menambahkan, harga yang dijual oleh SPBU di atas harga yang dijual oleh pemerintah. “Kalau tak disetujui permintaan kami ini, kami akan ke DPRD dan Polda Kalsel,” tegasnya
(ALV/MMO)