BANJARMASIN – Kalimantan Selatan khususnya kota Banjarmasin telah ditetapkan berada pada PPKM Level 2 sejak Selasa (19/10) lalu.
Sayangnya, turunnya level PPKM diiringi dengan euforia penyelenggaraan event Festival Budaya Pasar Terapung 2021 oleh pemerintah Provinsi Kalsel yang telah berakhir pada Minggu (24/10) kemarin.
Bahkan sebelum Festival Budaya Pasar Terapung, Pemerintah Kota Banjarmasin lebih dulu menggelar Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) pada 8 – 10 Oktober lalu.
Padahal saat itu Banjarmasin berada di PPKM Level 4. Namun Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina ngotot menggelar acara tersebut karena berpacu dengan Instruksi Dalam Negeri (Imendagri) Nomor 48 Tahun 2021 dimana pemerintah dan Event Organizer diberikan peluang untuk menggelar acara dengan prokes yang ketat.
Lantas apakah dua event besar tersebut akan menjadi ancaman gelombang 3 meningkatnya kasus COVID-19 di Kalsel. Terlebih kedua festival itu juga menyedot kerumunan masa.
“Kemungkinan bisa menjadi salah satu faktor jika ada gelombang 3 meningkatnya kasus COVID-19 di Kalsel. Tapi bisa diselesaikan dengan penerapan prokes yang lebih ketat khususnya pada penontonnya,” jelas Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin, Rudi Fakhriadi.
Dijelaskan Rudi, untuk penurunan kasus COVID-19 sekarang karena munculnya kekebalan aktif pada para penyintas COVID kemarin pada gelombang kedua, karena banyaknya yang tertular sehingga banyak juga masyarakat yang kebal, namun kekebalan akibat sembuh ini cuma bertahan kurang lebih 3 bulan.
“Epidemiolog memprediksi kemungkinan kenaikan kasus akan terjadi pada saat akhir November sampai Desember nanti. Apalagi ditambah masyarakat yang abai terhadap prokes 3M,” bebernya saat dihubungi amnesia.id
Diakuinya masih ditemukan ada beberapa masyarakat yang masih abai terhadap prokes khususnya dalam event Festival Budaya Pasar Terapung.
“Hal tersebut yang masih disayangkan oleh kami sebagai orang kesehatan. Untuk kejadian gelombang ketiga nanti apakah lebih tinggi dari gelombang kedua yang sampai ratusan ribu meninggal secara nasional dan di kalsel hampir 2000 orang meninggal. Semua tergantung dari beberapa hal yakni perilaku masyarakat tentang protokol kesehatan, kecepatan vaksinasi khususnya pada anak sekolah dan lansia, masuknya varian baru yang lebih berbahaya dibandingkan delta seperti varian MU dan lambada serta penanganan COVID-19 oleh pemerintah daerah khususnya 3T (testing, tracking dan treatment) yang jangan kendor,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Kalsel H.M. Luthfi Syaifuddin, yang menilai dua gelaran festival itu bisa jadi ancaman serius jika pemerintah dan tim Satgas COVID-19 tak disiplin terhadap pengawasan prokes terhadap masyarakat.
“Ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius Satgas. Jika kerumunan dibiarkan itu tandanya buat apalagi ada Satgas. Seharusnya mereka tetap bekerja sesuai aturan. Salah satunya menjaga masyarakat agar tak berkerumun diacara tersebut,” tegasnya kepada amnesia.id, Minggu (24/10) sore.
Pemerintah lanjutnya, menyelenggarakan dua event besar masih berada dalam suasana pandemi tentu hal ini membuat kekhawatiran untuk kita semua bahwa akan menjadi gelombang baru di Kalsel.
Tentu ini katanya, harus dijadikan kewaspadaan oleh semua pihak baik masyarakat atau pemerintah untuk menjaga prokes sehingga jangan merasa puas dengan kondisi saat ini.
Kurangnya kesadaran masyarakat khususnya dalam hal jaga jarak disetiap gelaran event, masih menjadi catatan utama masyarakat dan Satgas untuk tetap waspada terhadap penularan.
“Yang masih sulit itu adalah pelanggaran prokes jaga jarak. Bukan hanya dua event tersebut tapi keseharian kita saja masih lupa. Kita berharap edukasi dan tindakan terus dilakukan pemerintah melalui Satgas agar lebih kencang dalam penerapan prokes. Karena kita tidak ingin ada lonjakan kasus diakhir tahun nanti,” tutupnya.
(ALV/MMO)