BANJARMASIN – Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) yang resmi dibuka oleh Wali Kota Ibnu Sina pada Senin (24/6) malam. Mendapat kritik pedas dari anggota DPRD setempat.
Legislator dari fraksi Gerindra yakni Muhammad Isnaini menilai, agenda milik Pemerintah Kota yang sudah menginjak usia ke-8 tahun itu hanya sekedar seremonial saja tanpa ada tindakan nyata.
“Menurut saya BSF hanya seremonial saja dampak ekonomi kurang terasa khususnya untuk pengrajin warga Banjarmasin usai penyelenggaraan,” ucapnya.
Ia menyebut, harusnya Pemko memberikan bentuk tindakan nyata yang berdampak terhadap peningkatan sumber daya manusia, kesejahteraan masyarakat serta kelestarian budaya.
Pengrajin sasirangan lokal dapat berkembang secara produk dan pemasaran, tidak hanya saat gelaran even saja.
“Harusnya lebih meningkatan skill pengrajin sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif baik dari segi produk, corak, desain, maupun harga. Kalo ini hanya siap saat pameran saja,” beber Isnaini.
Wakil rakyat lima periode ini mengatakan, selama ini warga hanya menyaksikan gelaran acara namun daya beli masih rendah.
“Jangan sampai nonton festival di Bajarmasin tetapi beli produknya di daerah lain. Harusnya di pengrajin tempat kita juga,” ujarnya.
“Masyarakat juga belum terlalu banyak yang menggunakan kain sasirangan. Artinya tujuan utama masih belum tercapai,” tambah Isnaini.

Hajatan tahunan ini disebut sebagai bagian dari upaya Pemerintah untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang. Sekaligus menggaungkan pemakaian kain sasirangan.
BSF jilid delapan berlangsung di Siring Menara Pandangan Jalan Piere Tendean Banjarmasin berlangsung dari tanggal 24 hingga 30 Juni 2024. Kegiatan ini menguras anggaran daerah berkisar Rp500 juta.
Adapun rangkaian acaranya, lomba desain motif sasirangan, Pameran UMKM Sasirangan, Beauty Land X BSF, Forum Diskusi Sasirangan, serta Fashion Show Sasirangan.
(ADI/ABADI)