Guru Muin Wafat, ini Kesan Tak Terlupakan dari Sosok sang Ulama

Foto KH Abdul Muin semasa hidup (dok milik keluarga)

BANJAR – Awan hitam menyelimuti langit Kalimantan Selatan, khususnya Kota Martapura, Kabupaten Banjar. Ulama kharismatik Kyai Haji Abdul Muin wafat pada Senin (14/2) kemaren.

Banyak jamaah yang merasa kehilangan dengan kepergiannya. Ribuan warga dari berbagai daerah ikut mengantarkan almarhum ke tempat peristirahatan terakhir di komplek pemakaman Sultan Tahmidillah, Desa Dalam Pagar Martapura Timur, Kabupaten Banjar, Rabu (15/2) siang.

“Memang beliau (guru Muin) sempat sakit dan dirawat di rumah, habis Ashar menghembuskan nafas terakhir,” ucap putra almarhum, Ahmad.

Dimata warga dan para jemaah, pengajar di pondok pesantren Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Dalam Pagar itu merupakan sosok yang sangat rendah hati dan menjadi panutan.

“Hanya orang tertentu saja yang mengetahui siapa beliau tersebut. Dan kami disini mempercayai beliau termasuk seorang wali,” ungkap Muhammad Hanafi salah satu warga.

Hanafi menceritakan dimasa hidupnya guru Muin tidak pernah lelah untuk menuntut ilmu agama hingga diusia senja.

“Keseharian beliau setelah mengajar di pondok pesantren dan di rumah, almarhum kembali belajar kepada guru-guru di berbagai tempat termasuk ke Mekkah,” tuturnya.

Guru Abdul Muin lahir di Desa Dalam Pagar Martapura pada 17 maret 1937. Almarhum memiliki seorang istri dan delapan orang anak (5 putra dan 3 putri). Beliau wafat di usia 84 tahun.

(FER/ADI)