BANJARMASIN – Dua tahun lebih Bus Rapid Transit (BRT) hilir mudik beroperasi di daerah ini. Moda transportasi massal itu diluncurkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin itu untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi.
Sejak 2019 lalu hingga sekarang sudah ada 12 buah bus yang beroperasi di tiga koridor (jurusan), yakni koridor 1 pasar Antasari – Kayu Tangi, koridor 2 pasar Antasari – Terminal KM 6 dan koridor 3 pasar Antasari – Jembatan Bromo Mantuil.
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengklaim, peminat bus BRT semakin tumbuh banyak. Bahkan, selama setahun terakhir ini disebut ada sekitar 12 ribu penumpang yang sudah naik bus tersebut.
“Lumayan selama setahun terakhir sekitar 12 ribu penumpang, kalau dibagi perbulan itu sekitar 1000 orang,” Kata Ibnu saat dikonfirmasi Rabu (23/3) pagi.
“Dari penumpang itu rata-rata masyarakat umum. Untuk itu akan kita pertahankan terus,” tambahnya sembari meninggalkan Kantor Balai Kota.
Pernyataan Ibnu itu coba dibuktikan langsung media ini. Ketika ikut menggunakan bus Trans Banjarmasin koridor 1 jurusan terminal pasar Sentra Antasari – terminal Kilometer 6 sekira pukul 14.00 Wita, justru mendapati pemandangan yang bertolak belakang.
Saat pertama kali menaiki bus berwarna hijau itu dari tempat pertama di pasar Antasari hanya ada dua penumpang yang ikut menggunakan. Sepanjang perjalanan menuju ke titik akhir pengantaran, tidak terlihat lagi warga menaiki transportasi gratis ini.
Sopir bus BRT, Umar mengatakan, kondisi seperti itu sudah biasa terjadi. Setiap hari selalu ada penumpang yang ikut Bus BRT walau tidak banyak.
“Sepi itu tidak juga sih, yang jelas ada saja penumpang sekitar empat atau lima orang. Hari biasa orang bekerja yang diangkut,” ucapnya.
Melihat fakta di lapangan, dimana antusias warga dalam memanfaatkan alat transportasi uang disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) sangat sedikit sekali, tentu jadi catatan merah Pemkot untuk terus berbenah. Pasalnya, anggaran yang digelontorkan untuk operasional bus BRT terbilang besar, berkisar Rp 2 Milyar pertahunnya.
Yang mana dari anggaran tersebut sudah termasuk gaji sopir, pengisian BBM serta biaya service bus.
Sebagaimana diketahui, bus BRT sendiri merupakan program Pemkot Banjarmasin dibawah kepemimpinan Ibnu Sina sebagai Wali kota dengan melakukan peremajaan transportasi umum yang dianggap sudah tidak layak fungsi lagi seperti mobil angkot taksi kuning.
(ALV/ADI)