Kepala SD se-Banjarmasin Selatan Halal Bi Halal di Hotel Berbintang, Pengamat: Picu Kecemburuan Sosial

Foto : Gelaran Halal bi Halal kepala sekolah SD se-Banjarmasin Selatan. (alif/amnesia.id)

BANJARMASIN – Kepala Sekolah Dasar se-Kecamatan Banjarmasin Selatan menggelar Halal Bihalal di hotel berbintang menuai sorotan tajam.

Kegiatan berlangsung di Hotel Zuri Express, pada Senin (14/4) tadi. Dilaksanakan ditengah isu efisiensi anggaran dan polemik gaji honorer yang belum dibayarkan.

Diketahui, tradisi silaturahmi usai lebaran itu diikuti 76 kepala SD dan pengawas pendidikan dasar. Mereka berdalih pertemuan di tempat mewah itu sebagai penyegaran diri.

“Ini refreshing juga sekaligus momen silaturahmi Idul Fitri,” ujar Rahmat Kardata, Kepala SDN Kelayan Timur 3, sekaligus kordinator kegiatan.

“Kita sepakat menggelar acara ini di hotel, dan dipilih yang paling terjangkau. Semua iuran pribadi, tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala SD Basirih 10, Hj. Irnawaty menyampaikan, dana yang dihabiskan untuk acara itu hasil dari iuran para kepala sekolah.

“Tidak ada patokan sumbangan, kita ingin suasana baru. Iurannya dari kantong pribadi masing-masing kepala sekolah,” ucapnya.

Meski diadakan secara swadaya tanpa menggunakan dana sekolah maupun APBD, banyak pihak mempertanyakan etika dari penyelenggaraan acara di tempat mewah itu.

Pengamat pendidikan dari FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Reza Pahlevi mengatakan, kegiatan di jam sekolah tersebut dinilai kurang etis. Walau tidak menyalahi aturan.

Foto : Pengamat Pendidikan dari FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Reza Pahlevi. (dok. pribadi)

“Disaat banyak tenaga honorer belum digaji, kegiatan besar di hotel seperti ini bisa memicu kecemburuan sosial,” ucapnya.

“Masyarakat bisa bertanya-tanya, dari mana dananya? Jangan sampai ada dugaan-dugaan negatif yang sebenarnya bisa dihindari.” sambungnya.

Ia menyarankan agar kegiatan semacam ini dilaksanakan di tempat yang lebih sederhana, seperti aula sekolah. Hal itu untuk menghindari kesan pemborosan di tengah isu efisiensi anggaran.

“Seharusnya kegiatan yang sifatnya itu banyak menggelontorkan dana sebaiknya tidak dilaksanakan, Meskipun hasil iuran, lebih baik dananya digunakan untuk hal lain yang berguna. Kalau tempat itukan bisa diatur dimana saja, bisa itu disekolah yang memiliki lapangan besar dan aula yang memadai,” jelasnya.

Walaupun bertujuan baik, acara ini menjadi pengingat bahwa sensitivitas sosial tetap penting dijaga, terutama oleh para pendidik yang menjadi panutan masyarakat.