BANJARMASIN – Kerumunan yang terjadi saat vaksinasi massal di GOR Hasanuddin HM, pada Selasa dan Rabu (4-5/8), turut jadi sorotan anggota tim Pakar Percepatan Penanganan Covid-19 Universitas Lambung Mangkurat, Dewi Anggraini.
Ia menilai kondisi tersebut merupakan bukti bahwa kesadaran dan keinginan masyarakat untuk mendapat jatah vaksin cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Dewi mengakui program vaksinasi Covid-19 secara massal adalah salah satu upaya pemerintah untuk percepatan cakupan vaksinasi agar terwujudnya kekebalan kelompok (herd immunity).
“Namun demikian, jika rancangan pelaksanaan vaksinasi massal ini tidak dilakukan dengan baik, maka akan cenderung menimbulkan kerumunan,” ucapnya, Jumat (6/8).
Dewi mengingatkan bahwa berdasar laporan mingguan penanganan Covid-19 Badan Litbangkes, Pusdatin dan Paskhas Kementrian Kesehatan RI per 24-30 Juli 2021, virus corona varian Delta sudah terdeteksi di Kalsel.
Maka dari itu, menurutnya program percepatan vaksinasi perlu dirancang sematang mungkin sehingga potensi kerumunan dapat diminimumkan.
“Program vaksinasi massal dapat terhindar dari kerumunan jika dapat mempertimbangkan tiga komponen dasar dari sistem antrian,” paparnya.
Pertama, mengatur proses kedatangan. Pola kedatangan pelanggan dapat dilihat dari distribusi waktu antar kedatangan dua pelanggan yang berurutan. Pola kedatangan pelanggan dalam antrian dapat bersifat deterministik (pasti) ataupun stokastik (acak).
Kedua, mekanisme pelayanan yang terdiri dari satu atau lebih fasilitas pelayanan, distribusi waktu pelayanan dan faktor utilisasi.
Ketiga, bentuk disiplin antrian di mana pelanggan dilayani atau menerima layanan. Setiap pelanggan yang datang dan mengantri dalam sistem memiliki kesempatan yang sama untuk dilayani terlebih dahulu.
“Pemberian pelayanan kepada pelanggan yang memiliki prioritas lebih tinggi dibandingkan pelanggan yang memiliki prioritas lebih rendah meskipun pelanggan yang memiliki prioritas lebih tinggi tersebut datang paling akhir,” ujarnya.
Selain program vaksinasi massal, Dewi menyarankan pemerintah serta sejumlah instansi terkait juga dapat melakukan program vaksinasi mikro, mulai dari lingkungan RT/RW.
Program ini dinilai memiliki manfaat, yaitu dapat memberikan kemudahan akses vaksinasi bagi masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari pusat-pusat kesehatan primer seperti puskesmas.
Selain itu, vaksinasi mikro juga dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam melakukan pendaftaran vaksinasi secara online.
Proses pendataan calon peserta vaksinasi mikro pun dapat dilakukan mulai di lingkungan RT/RW bekerjasama dengan para Ketua RT/RW setempat menggunakan kombinasi sistem pencatatan data door-to-door dan elektronik.
“Proses pencatatan data seperti ini juga diharapkan dapat sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat secara langsung, terutama bagi mereka mempunyai keterbatasan informasi tentang pentingnya vaksinasi. Peran komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat ini diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi masyarakat untuk mau divaksin,” paparnya.
Namun demikian, Ketua Tim Bidang Data, Analisis, dan Pelaporan, Satgas Penanganan Covid-19 Kalsel ini mengingatkan proses pelaksanaan vaksinasi mikro juga tetap memperhatikan tiga komponen dasar dalam sistem antrian di atas.
“Akan tetapi, proses pelaksanaanya akan lebih sederhana, terfokus, dan aksesibel karena mampu menjangkau masyarakat di level RT/RW yang mempunyai segala keterbatasan dalam melakukan vaksinasi massal,” tutupnya.
(SKI/MMO)