BANJARMASIN – Akhir-akhir ini marak adanya investasi maupun arisan bodong ditengah masyarakat. Yang masih hangat terjadi di Kalimantan Selatan adalah kasus penipuan berkedok arisan online dengan nilai kerugian sebesar Rp 11 Miliar.
Fenomena seperti itu, ungkap Akademi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lambung Mangkurat Dr. Ahmad Yunani merupakan bentuk kekeliruan finansial yang tumbuh di masyarakat.
“Melalui arisan, mereka yang punya uang berlebih berfikir sebuah tabungan dan mengamankan aset. Namun justru malah sebaliknya merugikan jika terjadi penyelewengan dana,” ucapnya saat dihubungi amnesia.id via telepon, Kamis (10/3) petang.
Menurut Dr. Yunani, mengamankan uang maupun aset melalui bisnis tersebut bukan cara yang cerdas, melainkan dapat menimbulkan kerugian.
Lebih lanjut, Akademisi ULM itu menyarankan masyarakat bisa memilih jalur yang aman untuk berinvestasi apabila memiliki dana berlebih.
“Pilih tempat yang mempunyai izin kalau mau investasi dana dan kalau mau beli emas saja, karena komiditi emas ini harganya fluktuatif dan cenderung mudah dibeli serta dijual,” ujarnya.
“Tren harga emas selalu naik. Dan ini membuat emas selalu menjadi pilihan dalam investasi,” tambahnya.
Ditemui terpisah, salah satu masyarakat Rabiatul Adawiyah mengaku, lebih tertarik untuk membeli emas daripada mengikuti investasi maupun arisan.
“Karena memang tidak mau ambil resiko. Saya lebih suka beli emas daripada investasi tidak jelas,” katanya.
Selain membeli emas, pensiunan ASN di salah satu perguruan tinggi di Kalsel ini lebih memilih menyimpan uangnya melalui program deposito perbankan dibanding investasi.
“Lebih baik lagi men-depositokan uang di bank dibanding investasi. Tidak mau tergiur iming-iming investasi juga, takutnya uang raib seketika untungnya tidak ada,” imbuhnya.
(PUT/ADI)