BANJARMASIN – Munir Said Thalib tewas diracun dalam penerbangannya dari Jakarta ke Amsterdam pada 7 September 2004. Ia dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia (HAM) yang berintegritas. Suka membantu masyarakat kecil seperti dalam kasus penggusuran, kekerasan, perburuhan, dan lainnya. Meski sudah 17 tahun berlalu, kematiannya masih diselimuti misteri.
Munir meninggal di dalam pesawat Garuda Indonesia dengan nomor GA-974 di usianya yang ke-39 tahun. Saat itu ia pergi untuk melanjutkan studinya di Universitas Utrecht. Munir meninggal dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.
Untuk mengenang perjuangan Munir, puluhan Mahasiswa di Banjarmasin menggelar aksi memperingati 17 tahun meninggalnya Aktivis HAM itu. Aksi tersebut di gelar tepat di depan jalan masuk kampus UIN Antasari, Km 4,5 Banjarmasin.
Mahasiswa menyalakan puluhan lilin sebagai bentuk duka mereka lantaran belum tuntasnya kasus kematian pejuang HAM ini.
Mahasiwa memberi tajuk kegiatan ini dengan sebutan Aksi Seribu Lilin.
Selain dengan Lilin, aksi tersebut dihiasi dengan spanduk yang bertuliskan “Menolak Lupa, 17 Tahun Tanpa Keadilan, Usut Tuntas Kasus Munir”.
Aksi tersebut di isi dengan berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari menyanyikan lagu perjuangan, panggung orasi dari Mahasiswa sampai dengan Tahlil yang diakhiri dengan Doa.
Kordinator aksi, Fahriannor mengatakan tujuan aksi seribu lilin ini dilakukan untuk memperingati kematian Munir sebagai aktivis HAM yang kasusnya masih simpang siur.
“Ya kami berkumpul dan menyalakan lilin disini sebagai bentuk kami untuk menolak lupa kematian Aktivis HAM.” bibir Fahri.
Aksi tersebut berlangsung sekitar 1 jam, yang dimulai dari pukul 20.30 dan ditutup dengan ucapan Sumpah Mahasiswa pada pukul 21.30 WITA.
(IKI/MMO)