PEMILU 2024 sebagai pemilu paling rumit dalam sejarah Indonesia, bahkan mungkin dalam sejarah dunia, sebab penyelenggaraan serentak, pilpres, pileg dan pilkada dalam tahun yang sama belum pernah terjadi sebelumnya.
Ketua KPU Mochammad Afifuddin menilai idealnya ke depan, ada jeda antar tahapan pemilu dan pilkada sehingga bagi KPU sebagai penyelenggara, juga dapat mengatasi salah satu tantangan, yaitu soal himpitan tahapan yang sangat dekat.
Afif juga menyebut tumpang tindih tahapan ini menjadi tantangan besar, khususnya bagi penyelenggara di tingkat pusat hingga daerah.
“Kadang orang bertanya, KPU ngapain habis ini? Padahal tahapan pemilu itu minimal 20 bulan. Kalau lima tahun, tinggal tiga tahun untuk persiapan berikutnya,” jelas Afif.
Afif menekankan pentingnya evaluasi sistemik terhadap desain waktu penyelenggaraan pemilu ke depan.
Juga memastikan KPU tetap siap apapun aturan yang berlaku setelah revisi UU pemilu dan pilkada dituntaskan, yang diberlakukan untuk pesta demokrasi 2029.
Dia menjelaskan, kini pemangku pembuat undang-undang tengah mempersiapkan revisi UU Pemilu dan Pilkada.
Pembahasan revisi UU Pemilu dan Pilkada jadi kesempatan untuk memperbaiki persoalan yang dirasakan KPU.
“KPU setuju pemilu kemarin berat, maka tidak bisa seakan-akan semua tugas itu harus KPU dan Bawaslu yang kerjakan, namun harus bersama-sama,” tutup Afif.
(Andi)