BANJARMASIN – Angka rasio lacak isolasi (RLI) di Kota Banjarmasin selama penerapan PPKM level 4, jadi sorotan Pakar Epidemiolog dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Husaini.
Bukan tanpa alasan. Jumlah tracing yang dilakukan ibukota Kalsel hanya berada di angka 0,7 poin.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin, Machli Riyadi, beralasan banyaknya tenaga kesehatan (Nakes) yang terpapar Covid-19 berpengaruh terhadap upaya tracing. Meski tidak mengganggu pelayanan kesehatan di Puskesmas.
“Salah satu penyebab turunnya angka pelacakan, juga karena itu. Tentunya, ini menghambat upaya penanganan di lapangan,” ucapnya, Senin (2/8).
Sampai ini, dari data Dinkes Banjarmasin tercatat sudah 186 Nakes yang terpapar Covid-19.
Sebagai solusi, Machli mengklaim bahwa pihaknya sudah melatih sebanyak 104 tracer atau tenaga pelacak baru. Dan hari ini, seluruhnya akan disebar di 52 kelurahan yang ada di Kota Banjarmasin.
“Tujuannya membantu pelacakan dan penanganan warga yang menjalani isolasi mandiri (Isoman), yang saat ini juga dilakukan oleh petugas Babinsa dan Bhabinkamtibmas,” jelasnya.
Selain nakes, Dinkes Kota Banjarmasin juga mengalami defisit ketersediaan reagen yang dipakai untuk memeriksa sampel.
Hasilnya, kemampuan untuk menetapkan diagnosa pun terbatas. Dalam sehari, sampel yang diperiksa di RSUD Sultan Suriansyah hanya bisa sebanyak 184 sampel.
“Sebagai solusi, kami telah menjalin kerja sama dengan PT. Dexa Medica Banjarmasin. Mereka bersedia meminjamkan alat PCR beserta reagennya. Semoga dalam pekan ini, alat itu bisa kami terima,” ujar Machli.
Sementara Prof Husaini menilai banyaknya Nakes yang terpapar Covid-19 bukan jadi alasan rendahnya angka tracing.
Sebab, masih ada petugas lain seperti TNI-Polri, Satpol PP dan sejumlah relawan. Termasuk ASN yang turut dilibatkan dalam melaksanakan 3T (testing, tracing dan treatment).
“Indikator yang ada sekarang malah turun. Rasio lacak sekarang hanya 0,7 saja. Dulu malah pernah 3,9,” ucapnya, Senin (2/8).
Maka dari itu, durasi PPKM level 4 di Banjarmasin perlu diperpanjang. Tetapi, dia menekankan agar pelaksanaan selama satu pekan ke depan dengan meningkatkan 3T.
“PPKM ini perlu diperpanjang. Dengan catatan tracernya memang betul dilakukan,” tekan Prof Husaini.
“Semakin dini terdeteksi. Maka semakin cepat juga diberi perawatan. Sehingga mengurangi potensi untuk dirawat di rumah sakit,” tambahnya.
(SKI/MMO)