Viral! Dugaan Pelecehan Seksual Berkedok Pengobatan Ruqyah, DP3A Banjarmasin Berikan Atensi

Foto : Kabid Perlindungan Perempuan DP3A Banjarmasin, Rusdiati (Kiri). (alif/amnesia.id)

BANJARMASIN – Belum lama ini viral pengakuan sebuah akun anonim bernama @helloisxe bikin gempar warga Banjarmasin di media sosial X dan lainnya.

Dalam unggahannya, pemilik akun tersebut mengungkapkan bahwa salah satu kerabatnya menjadi korban pelecehan saat menjalani praktik ruqyah.

Bacaan Lainnya

Postingan itu langsung viral, bahkan banyak warganet berbagi pengalaman serupa, mereka menyebut kalau terduga pelaku bernama Junaidi, seorang praktisi pengobatan spiritual di Jalan Belitung Darat, Gang Teuku Umar, Banjarmasin Barat.

Dugaan kian mengarah ke Junaidi tatkala pada Rabu (14/11), ia tiba-tiba mengumumkan sayembara dengan hadiah Rp10 juta bagi siapa saja yang bisa mengungkap identitas pemilik akun @helloisxe.

Selain itu, Junaidi juga melaporkan kasus ini ke Satreskrim Polresta Banjarmasin, mengaku sebagai korban pencemaran nama baik.

Namun, yang membuat publik semakin penasaran, unggahan kontroversial dari akun @helloisxe tiba-tiba lenyap tak bersisa pada hari yang sama.

Mencuatnya kasus ini, membuat seorang perempuan berinisial L (26) mulai berani berbicara. Dirinya bukan pemilik akun @helloisxe, Namun ia mengungkapkan pengalaman pahitnya yang terjadi pada tahun 2020 lalu.

“Saat itu, saya dibawa ibu berobat karena sering cemas berlebihan. Di tempatnya, saya diminta berbaring dan merenung, sementara ia memutar musik relaksasi dan memberikan nasihat,” cerita L.

Namun, momen itu berubah menjadi mimpi buruk ketika Junaidi tiba-tiba menyuruhnya meminta maaf kepada sang ibu yang berada di sebelahnya.

Dengan dalih “proses pengobatan,” Junaidi memegang tubuh L sambil melakukan tindakan tidak senonoh.

“Saat itu dia menggerayangi dada saya dan mengucapkan kata-kata vulgar,” akunya.

Tak hanya itu, sebelum sesi berakhir, Junaidi bahkan berceletuk untuk menjadikan L sebagai istri kedua.

“Tentu saja ibu saya menolak. Jangankan dimadu, sebagai istri pertama saja tidak,” ujarnya, menirukan perkataan mamanya.

Lebih mengejutkan, proses tersebut direkam secara live di Facebook, tanpa sepengetahuan dan persetujuan L.

“Saya baru tahu setelah melihat siaran itu. Saya langsung menghubungi akun Facebook-nya untuk meminta video tersebut dihapus,” beber L.

“Sampai berminggu-minggu postingan itu tidak juga dihapus, sampai saya lupa sendiri,” tambahnya.

Di sela percakapan pesan itu, Junaidi juga meminta L untuk kembali datang demi melanjutkan proses pengobatan.

“Disuruh mandi-mandi, tapi saya tidak mau. Saya trauma,” katanya.

Menurut L, alasan dirinya tidak melapor waktu itu lantaran malu dan takut. Belakangan dia memilih angkat bicara lantaran perbuatan Junaidi kian menjadi-jadi.

“Saya akan segera berkonsultasi dengan pihak yang berwajib. Saya tidak ingin semakin banyak korban lain,” tandasnya.

Di tempat lain, beberapa orang perempuan yang juga mengaku sebagai korban pelecehan Junaidi telah mengadu ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Banjarmasin.

“Dari beberapa aduan yang masuk melalui hotline, satu orang datang ke UPTD PPA,” kata Kabid Perlindungan Perempuan di DP3A Banjarmasin, Rusdiati, Jumat (15/11).

Kabid Perlindungan Perempuan DP3A Banjarmasin, Rusdiati, mengungkapkan, laporan tersebut kini dalam tahap pendampingan.

Yang bersangkutan, kata Rusdiati, sudah menjalani proses assesmen bersama tim ahli hukum dari dinas.

“Kalau ingin melapor ke jalur hukum, kami siap mendampingi,” ujarnya.

Korban juga akan mendapatkan pendampingan psikologis untuk mengatasi trauma yang dialami.

“Kami sedang mengatur jadwal pertemuan lanjutan untuk memastikan korban mendapat dukungan yang diperlukan,” jelasnya.

Melalui sebuah video yang diunggah di akun Instagram-nya, Junaidi menepis tuduhan yang disematkan kepada dirinya.

“Silakan buktikan tuduhannya. Rumah kami full CCTV. Sisa anda sebutkan kapan kejadiannya maka akan ketahuan yang sebenarnya,” klaimnya dalam unggahan.

Pos terkait